Bagaimana Rasanya Bekerja di eFishery? (Part 3)
Tulisan part 1 dan part 2 saya buat bulan April 2021, setelah 1 tahun lebih saya menjadi eFisherian (sebutan eFishery untuk karyawannya). Saya menulis part 3 ini di bulan April 2022, berarti sudah 2 tahun lebih sejak saya bergabung dengan eFishery.
Banyak hal yang sudah berubah sejak saat itu. eFishery jelas sudah berubah. Selain mengumumkan bahwa sudah mendapat pendanaan seri C sebesar US$ 90 juta, employee branding dimainkan dengan lebih ciamik dengan mengusung work from anywhere dan flexible working hours. Hasilnya: eFishery bisa menjadi salah satu favored company dari @ecommurz, akun justice warrior pekerja generasi milenial ke bawah yang biasanya kritis terhadap startup lain. Apalagi dengan press release eFishery yang berambisi menguasai market aquaculture nasional dan global dengan membuka kesempatan 1000 talenta terbaik dari berbagai bidang untuk bergabung, maka meningkatlah popularitas eFishery di kalangan para pemuda usia produktif.
eFishery berubah. Dan saya pun sudah berubah. Saat ini saya sudah menjadi seorang 'mama'. Inspirasi saya dalam bekerja yang tadinya banyak didapat dari buku, artikel profesional, online course, atau bahkan dari visit langsung ke lapangan, mau tidak mau harus tergantikan oleh insight yang saya dapat dari mengamati tingkah laku anak saya. Maklum saja, sejak hadirnya Arvin, anak pertama saya ke dunia ini, waktu saya di luar jam kerja hampir semuanya dihabiskan bersama Arvin.
Siapa sangka, ternyata pelajaran dari seorang bayi 9 bulan bisa menjadi sumber kekuatan saya untuk survive di pekerjaan saya. Apa saja pelajaran-pelajaran itu?
1. Gigih atau persisten
Awalnya Arvin hanya bayi tak berdaya yang hanya bisa diam di satu titik kalau tidak ada orang yang memindahkannya. Tapi seiring waktu, tiba saatnya ia punya keyakinan bahwa ia bisa pergi ke manapun ia mau. Sejak saat itu ia selalu mencoba menggerakkan tubuhnya lebih daripada sebelumnya, dan meskipun gagal, dia akan mengulang lagi dan lagi sampai berhasil. Sekarang ia sudah bisa pergi ke manapun ia mau dengan merangkak.
Sebagai product manager, melakukan eksekusi supaya sesuai dengan product way tidaklah mudah. Banyak tantangan seperti waktu yang harus dikejar, keterbatasan resource, tujuan yang harus di trade-off demi tercapainya metrics, persoalan teknis, dan masih banyak lagi. Dengan belajar dari kegigihan Arvin, saya jadi meyakinkan diri bahwa saya masih bisa untuk mencoba lagi dan lagi sambil terus menambahkan learning dari apa yang sudah dicoba sebelumnya.
2. Mudah bahagia
Banyak hal sederhana yang bisa membuat Arvin bahagia. Mulai dari melihat kipas berputar, mendengar kata yang diucapkan berulang-ulang, menghancurkan menara dari balok yang disusun, hingga buka tutup pintu lemari dan kulkas.
Sebagaimana wajar bagi seseorang yang sudah 2 tahun bekerja di suatu tempat, ada banyak alasan saya untuk mengeluh. Khususnya saya secara pribadi, rasanya selalu kebagian apes karena setiap mau mulai membangun sesuatu, selalu ada perubahan fundamental tak sampai 3 bulan kemudian. Perubahan strategi, perubahan target, pergantian leader, perubahan struktur organisasi, perpindahan tim, dan lain-lain. Akan tetapi dari Arvin saya belajar bahwa pilihan ada di tangan saya untuk menemukan sesuatu yang bisa membuat saya bahagia dengan cara saya sendiri, sekalipun hal itu bukan pencapaian utama OKR saya.
3. Tidak takut salah
Ketika Arvin ingin mengutarakan perasaannya (biasanya ketika protes), ia akan bicara panjang lebar kepada lawan bicara, dengan gesture dan intonasi yang menyampaikan maksudnya, tetapi dengan kata-kata yang sebenarnya tidak ada artinya (seperti bahasa bayi di film 'Rugrats'). Tanpa peduli apakah kata-kata yang diucapkannya salah, seorang bayi akan tetap mengajak orang lain bicara untuk menyampaikan maksudnya.
Seringkali saya tidak menyatakan posisi saya dengan jelas dalam sebuah isu sampai saya benar-benar yakin, atau supaya lebih aman, saya menunggu dulu teman yang sependapat untuk kemudian ikut berpendapat. Tetapi ternyata hal itu keliru. Komunikasi terjadi sebagai syarat dari kolaborasi yang sehat, dan komunikasi bukan masalah apa yang saya nyatakan benar atau tidak, dan nantinya akan disetujui atau tidak. Menyatakan pendapat artinya saya peduli pada isu tersebut, dan peduli pada rekan yang berkolaborasi bersama saya. Terlepas dari perbedaan argumen yang dinyatakan, aspek lain dari diri saya seperti komitmen terhadap apapun yang nantinya diputuskan harusnya bisa membantu rekan saya memahami makna di balik kata-kata saya, yaitu bagaimana segala sesuatunya adalah bagian dari usaha untuk melakukan apa yang terbaik bagi eFishery.
Demikian 3 hal yang saya pelajari dari Arvin, anak saya, yang menjadi sumber inspirasi saya dalam bekerja di eFishery 9 bulan belakangan ini.
Izinkan saya mengakhiri tulisan ini dengan mengutip sebuah quote dari Kailash Satyarthi:
"Childhood means simplicity. Look at the world with the child's eye - it is very beautiful."
Komentar
Posting Komentar