Pondok Mertua Indah

Salah besar bila kita mengira ada suatu titik dimana kita sudah "cukup" menjadi dewasa, baik itu berdasarkan umur atau berdasarkan status. Sampai tua pun masih akan ada fase yang membutuhkan pendewasaan untuk melewatinya. Salah satu contohnya bagi wanita adalah ketika ia memiliki menantu. Tidak sedikit wanita yang merasa ia tidak perlu menjadi lebih dewasa lagi ketika menjadi mertua (karena toh usia mereka sudah sekitar paruh baya, apa iya masih harus lebih dewasa lagi?) sehingga muncul istilah "pondok mertua indah" - sebuah majas ironi yang sering digunakan oleh para menantu yang serba salah ketika hidup berdekatan dengan mertua (disclaimer: ini bukan curhat, saya cukup beruntung punya mertua yang baik hati). Saya pribadi menargetkan menantu saya di masa depan benar-benar merasakan momen indah ketika bersama saya, yang artinya proses pendewasaan saya memang saya plot masih akan berlangsung sampai jauh ke depan. 

Sehubungan dengan proses tersebut, berikut beberapa pelajaran berkesan yang saya catat dari proses pendewasaan saya satu tahun ke belakang:
-Akan ada suatu titik dimana mengurangi barang-barang lebih menyenangkan dibandingkan ketika membeli barang-barang baru. 
-Kita boleh merasa bersalah ketika ada kesalahan yang dilakukan, tetapi hidup dalam rasa bersalah sepanjang waktu menandakan ada yang salah dan harus segera diperbaiki. 
-Teman sejati itu sedikit jumlahnya, dan malah foto sama mereka itu paling sedikit atau hampir gak ada. 
-Marah adalah gejala, penyebanya adalah perasaan yang lain (khawatir, lelah, sedih, kecewa, dll). Ketika kita marah, yang seharusnya dilakukan adalah mencari tahu perasaan apa yang terbungkus dalam amarah itu, bukan meredam amarah itu sendiri. 
-Ada 2 jenis pertengkaran: yang disebabkan karena keegoisan semata dan yang sebenarnya disebabkan karena adanya usaha memberikan yang terbaik tetapi dengan cara yang berbeda. 
-Bekerja demi bayaran yang bagus sekaligus bisa aktualisasi diri adalah kondisi ideal, realitanya lebih sering kita harus memilih salah satu.
-Media sosial adalah sumber terburuk untuk mencari benchmark.
-Mencintai itu tindakan proaktif, ketika sudah lama hidup bersama pasangan sudah pasti rasanya akan makin biasa saja, dan itu adalah tanda dimana kita harus cari cara lagi untuk menyalakan api asmara (bukannya cari orang lain dengan alasan jodohnya cuma sampai disitu). 
-Semakin belel suatu baju, semakin enak dipakai tidur. 

Sebagaimana telah disinggung di awal tulisan, proses pendewasaan masih jauh dari kata selesai sehingga tidak menutup kemungkinan ada update dari poin-poin di atas. 

Akhir kata: 
Sifat anak-anak dalam sosok anak-anak itu lucu dan menggemaskan. Sebaliknya, sifat anak-anak dalam sosok orang tua itu mengesalkan. Maka dari itu, berusaha menjadi dewasa mengimbangi umur yang semakin tua adalah satu-satunya jalan agar keberadaan kita masih dapat diterima orang-orang di sekitar kita. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbagi Cerita - Tes Masuk Astra Graduate Program (AGP) 2016

Bagaimana Rasanya Bekerja di eFishery? (Part 1)

Biodata, Profil, dan Fakta Lengkap Givaldi Zhafran, Nomor 6 Bikin Netizen Melongo