Seandainya Membicarakan Kematian Itu Tidak Tabu…
Saya rasa segala sesuatunya bisa lebih baik untuk orang yang meninggalkan dan ditinggalkan, seandainya saja membicarakan dan mempersiapkan kematian bersama orang terdekat tidak lagi menjadi hal yang tabu.
Di Indonesia khususnya, membahas kematian dari orang yang masih hidup sering dianggap membawa sial. Kalaupun terpaksa dibahas, digunakan kata-kata tertentu untuk menyembunyikan atau memperhalusnya seperti “kalau misalnya nih ya, amit-amit, ada apa-apa sama saya…” dan itupun kalau bisa dibahas sekilas saja jangan sampai jadi obrolan yang memanjang.
Kecuali mereka yang sudah sangat tua atau memiliki terminal ilness, sebagian besar orang menghindari membicarakan kematian. Padahal kematian itu sudah pasti terjadi pada semua orang dengan waktu yang bisa kapan saja dan cara yang bisa apa saja.
Menurut saya, setidaknya ada dua manfaat jika kita tidak anti mendiskusikan segala sesuatu tentang kematian secara apa adanya:
1. Kesiapan di sisi skenario pertolongan medis
Seperti kata-kata setiap dokter di sinetron Indonesia: "kami sudah mengusahakan yang terbaik", tentu saja ketika seseorang sakit ia dan keluarganya akan mencari pertolongan medis untuk mengusahakan yang terbaik demi kesembuhan pasien. Namun, dalam kondisi dilematis seperti: kondisi dimana peluang sembuh sudah sangat kecil, biaya yang dikeluarkan sudah terlalu besar, dan penderitaan yang dialami pasien sudah terlalu berat, sikap enggan baik dari pihak tenaga medis maupun keluarga untuk mengajak membicarakan apa yang sebaiknya dilakukan secara apa adanya (karena menghindari tercetusnya kata kematian) seringkali malah menjadi bumerang. Dalam banyak kejadian, dalil harus mengusahakan yang terbaik diartikan sebagai usaha pengobatan yang harus terus dilakukan bahkan dipaksakan, sehingga pasien jadi semakin menderita, harta yang seharusnya bisa jadi peninggalan keluarga jadi habis terkuras, dan stress yang ditanggung orang-orang terdekat karena ketidakpastian jadi sangat membebani.
Berkaca pada sistem di luar negeri, pasien dan keluarga pasien yang sudah diberi pengertian tentang kondisi terminal ilness dari pasien bisa punya opsi untuk dilayani hospice care atau palliative care yang memang secara khusus disediakan untuk mendampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi beban penderitaan mereka sekalipun nantinya berakhir dengan kematian pasien.
2. Kesiapan di sisi keuangan
Untuk seorang tulang punggung keluarga, penting memastikan keberlangsungan kehidupan keluarganya seandainya sewaktu-waktu ia mati dengan meninggalkan tanggungan. Sayangnya di Indonesia, para agen asuransi sering terpaksa harus pintar-pintar menyamarkan produk asuransi jiwa jadi produk kombinasi investasi atau semacamnya karena produk asuransi jiwa yang menceritakan klausul secara apa adnya rata-rata orang tidak mau beli. Akibatnya pembeli merasa tertipu karena performa investasi maupun asuransinya tidak ada yang maksimal karena memang setengah-setengah.
Selain dari uang pertanggungan dari jasa asuransi yang baru akan cair ketika pemiliknya mati, sebenarnya berbagai aset yang kita miliki saat ini juga penting dibuat dokumentasinya. Saya kepikiran hal ini saat saya mulai mendiversifikasi tabungan saya ke beberapa instrumen investasi: "Kalau saya mati sekarang, siapa yang tahu saya simpan uang di sini, di sini, dan di sini? Memang harta saya tidak milyaran sehingga skenario pewarisannya pantas didaftarkan ke notaris, tapi setidaknya bila berbagai aset tersebut bisa sampai ke tangan keluarga saya, akan sangat berguna buat mereka. Kalau mau ditulis di kertas atau secara digital sama saja nanti tidak ketemu atau tidak bisa dibuka, sementara kalau menyampaikan ke orang kepercayaan, siapa sih yang benar-benar bisa dipercaya apalagi menyangkut harta?"
Dari kekhawatiran itu, saya browsing mencari-cari dan kemudian menemukan ada salah satu tech company yang berusaha menjawab masalah ini dengan menyediakan solusi secure document and password manager with digital inheritance bernama DGLegacy. Sayangnya selama membicarakan kematian masih tabu, solusi seperti ini yang sebenarnya sangat penting untuk kesejahteraan keluarga akan susah berkembang khususnya di Indonesia.
—
Mengingat 2 poin di atas, secara pribadi saya berharap masyarakat akan makin terbuka untuk melibatkan orang-orang terdekatnya berdiskusi apa adanya untuk menyiapkan hari kematian mereka masing-masing. Akhir kata:
"Cinta yang maksimal bisa kita bagikan setiap hari jika kita ingat bahwa bisa jadi besok adalah hari terakhir kita.”
Komentar
Posting Komentar