Makanan Hits: Antara Kesehatan dan Kebahagiaan

Ada alasan mengapa daging busuk dan susu basi rasanya tidak enak. Secara alami, rasa makanan yang membuat orang spontan muntah memang ada supaya manusia bisa bertahan hidup, yaitu untuk mengingatkan bahwa apa yang dimakan bisa jadi tidak baik untuk seseorang. Di zaman purba, rasa pahit atau asam menandakan makanan itu beracun atau susah dicerna, sementara rasa gurih atau manis menandakan makanan itu kaya nutrisi dan kalori. Sistem alam ini sangat berguna ketika manusia masih memenuhi kebutuhan makanannya dari berburu dan mengumpulkan dari alam, ketika makanan tinggi nutrisi dan kalori masih jarang ditemui.

Seiring perkembangan zaman, para penjual makanan yang sudah mempelajari sistem kerja otak manusia ini memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk membuat produk makanan yang memiliki kombinasi rasa, tekstur, aroma, dan visual yang disukai oleh otak manusia. Melalui proses rekayasa, sensasi sebuah makanan bisa dikreasikan sesuai keinginan, sehingga kenikmatan tidak lagi selalu sejalan dengan kandungan nutrisi dan manfaat suatu makanan bagi tubuh.

Di masa sekarang, kita mengenal istilah makanan hits atau bahkan viral yang sering menggoda kita ketika membuka media sosial. Makanan yang diiklankan dengan motion visual yang menggoda (adegan filling lumer sampai tumpah, bouncing ketika dijatuhkan, atau mengepul-ngepulkan asap), suara-suara yang menggelitik (crispy atau chewy ala ala ASMR) dan rasa manis, gurih, pedas, panas, atau dingin yang sampai membuat talent iklan merem-melek, menjanjikan kenikmatan hakiki bila kita menyantap makanan itu. Apalagi dengan semakin mudahnya makanan tersebut dipesan sampai ke depan pintu tempat tinggal kita, makanan hits sering dianggap solusi bagi seseorang ketika membutuhkan mood booster secara instan.

Ironisnya, tidak sedikit dari kita yang merasa bersalah setelah menikmati makanan hits. Perasaan bersalah itu muncul setelah kita kembali teringat bahwa ternyata makanan hits yang kita nikmati seringkali memiliki dampak buruk bagi kesehatan dan keindahan tubuh kita. Sebenarnya fakta berikut bukan sesuatu yang baru: berbagai sensasi kenikmatan makanan diperoleh karena tingginya kandungan lemak trans, gula dan garam tambahan, maupun zat aditif hasil pabrikasi lainnya, yang dalam jangka pendek bisa menyebabkan obesitas dan dalam jangka panjang bisa menyebabkan penyakit degeneratif.

Jadi pantaskah kesehatan kita dikorbankan demi kebahagiaan yang semu, yang selantas kemudian berganti menjadi rasa bersalah?

Jawabannya tentu tidak. Tetapi bukan berarti mengusahakan kebahagiaan adalah sesuatu yang salah.

Kita harus kembali kepada tujuan kita untuk sehat sekaligus bahagia. Sehat, artinya kebutuhan makrogizi dan mikrogizi kita harus tercukupi dahulu, jangan sampai sudah keburu kenyang dengan makanan hits sampai melewatkan asupan yang dibutuhkan tubuh untuk bekerja. Bahagia, bisa jadi cara sederhananya adalah dengan menikmati makanan kesukaan. Tetapi tetap gunakan nalar dan kesadaran kita untuk berpikir kritis: perhitungkan jumlahnya, jangan sampai melebihi batas maksimal gula dan garam tambahan dalam sehari, imbangi karbohidrat sederhana dengan perbanyak serat dan asam organik, perhatikan timing makan juga supaya ada jeda antara makanan tinggi lemak dan tinggi karbohidrat sederhana supaya lemak tidak langsung ditimbun, serta batasi lemak jenuh apalagi lemak trans. Untuk solusi yang lebih jangka panjang, ada baiknya kita belajar membuat sendiri makanan kesukaan kita sehingga bahan-bahan dan cara pemrosesannya bisa lebih kita kendalikan atau kita modifikasi supaya lebih sehat. Dengan demikian, panca indra kita ketika memakan makanan hits bisa tetap terpuaskan, tanpa perlu diikuti rasa bersalah setelahnya.

Akhir kata: kebahagiaan bisa dicapai ketika kita hidup bebas dari rasa bersalah, dimana orang yang bebas dari rasa bersalah adalah orang yang bisa dengan sadar membedakan: kapan ia sedang memenuhi kebutuhannya dan kapan ia sedang mengisi kebahagiannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbagi Cerita - Tes Masuk Astra Graduate Program (AGP) 2016

Bagaimana Rasanya Bekerja di eFishery? (Part 1)

Biodata, Profil, dan Fakta Lengkap Givaldi Zhafran, Nomor 6 Bikin Netizen Melongo