Semua orang suka bergosip. Baik itu di kantor, sekolah, keluarga besar, dan di manapun kita bertemu dengan orang lain, gosip pasti tak luput mewarnai pembicaraan kita. Apalagi di masa sekarang, media sosial telah berkembang menjadi tanah yang subur untuk pertumbuhan budaya gosip online di mana jutaan netizen yang sebenarnya tidak saling kenal bebas berdiskusi dengan materi aib orang lain, baik yang diumbar oleh objek gosip itu sendiri ataupun yang dibagikan oleh netizen lain.
Sebenarnya banyak nasihat yang melarang kita untuk bergosip. Gosip dipercaya dekat dengan fitnah, tidak menyelesaikan masalah malah memperburuk keadaan, dan tidak produktif karena membuang-buang waktu. Bahkan dalam agama dikatakan bahwa gosip itu dosa.
Meskipun begitu mengapa kita tetap bergosip? Mari kita tinjau alasannya dari segi ilmu biologi dan psikologi
Biologi: gosip memberi rangsangan menyenangkan terhadap otak
Pada tahun 2015 dilakukan penelitian terhadap 17 mahasiswa di Cina yang diberikan stimulus berupa beberapa kategori gosip lalu dilakukan scanning pada otak mereka dengan menggunakan fMRI. Hasilnya menunjukkan gosip negatif terhadap selebriti yang didengar responden dapat meningkatkan aktivitas neural pada bagian nukleus kaudat (salah satu bagian pusat otak) dimana nukleus kaudat diketahui memiliki peran penting dalam memproses rangsangan reward seperti yang dirasakan ketika sedang memakan makanan enak, mendapat uang, atau mengonsumsi kokain [1].
Hal ini dapat menjelaskan alasan mengapa akun-akun gosip artis makin ramai pengikutnya karena efek 'kecanduan' yang timbul di otak dalam mengikuti gosip apalagi yang negatif.
Psikologi: gosip merupakan pilihan sarana yang mudah untuk membentuk dan meningkatkan bonding kelompok sosial
Pada jurnal yang membahas mengenai motivasi orang bergosip, disebutkan bahwa gosip dapat digunakan sebagai sarana metode mengumpulkan informasi atau 'mapping' bagaimana situasi dalam sebuah lingkungan sosial sekaligus mengetahui posisi seseorang (termasuk diri sendiri) dalam lingkungan tersebut. Terkait tujuan pengumpulan informasi, gosip dinilai sebagai suatu metode yang membuat seseorang merasa aman karena tidak dilakukan di depan mata publik [2].
Lebih jauh, gosip juga dapat menjadi sarana untuk membangun kepercayaan dalam relasi dan networking. Gosip dapat menjadi sarana bonding dalam sebuah kelompok sosial dimana bergosip seolah menunjukkan kepedulian kita terhadap partner gosip kita dengan menghindarkan mereka dari kerugian yang mungkin dihadapi karena ia tidak tahu informasi mengenai keburukan sang objek yang digosipkan. Apalagi gosip juga merupakan salah satu aktivitas yang menyenangkan untuk melewatkan waktu bersama kelompok sosial [2].
Hal ini menjelaskan alasan mengapa saat kita sedang berkumpul bersama circle atau geng kita topik pembicaraannya mayoritas adalah gosip. Tidak jarang juga malahan asal mula terbentuknya sebuah circle itu sendiri adalah karena dipicu suatu momen gosip dengan objek seorang public enemy.
Berdasarkan pembahasan di atas, membicarakan orang lain yang tidak ada di tempat alias bergosip adalah suatu aktivitas yang manusiawi, bahkan bisa dikatakan sebagai kebutuhan. Akan tetapi untuk menghindari efek negatifnya, kita juga harus tetap bijaksana dalam menjadi seorang penggosip. Langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan misalnya saja dengan menghindari membicarakan orang dari sisi buruknya, tetapi perbanyak membicarakan sisi baik ataupun netral dari seseorang. Usahakan juga untuk melakukan kroscek terhadap kebenaran informasi dengan sumber lain atau bila perlu bertanya pada orangnya langsung bila ada kesempatan. Manfaatkan pengalaman hidup orang lain yang mungkin kurang mengenakkan sebagai pelajaran berharga untuk kita dan bukannya untuk menciptakan rasa bangga semu dimana kita merasa lebih baik daripada orang lain. Karena tidak menutup kemungkinan suatu saat kita juga melakukan keburukan yang bisa menjadi bahan gosip orang lain.
Selamat bergosip!
Referensi:
[1] Peng X, Li Y, Wang P, Mo L, Chen Q. The ugly truth: negative gossip about celebrities and positive gossip about self entertain people in different ways. Soc Neurosci. 2015;10(3):320-36. doi: 10.1080/17470919.2014.999162. Epub 2015 Jan 12. PMID: 25580932.
[2] Hartung FM, Krohn C, Pirschtat M. Better Than Its Reputation? Gossip and the Reasons Why We and Individuals With "Dark" Personalities Talk About Others. Front Psychol. 2019 May 29;10:1162. doi: 10.3389/fpsyg.2019.01162. PMID: 31191391; PMCID: PMC6549470.
Komentar
Posting Komentar